Sebagai penganut Agama Islam,Allah dan Rasul-Nya menyuruh agar kita memiliki sifat optimis.Optimis termasuk akhlak terpuji
Orang yang memiliki sifat optimis selalu bersemangat dalam hidupnya. Ia juga rajin belajar dan bekerja untuk meraih sukses dalam mencapai cita-cita.
Ada tiga macam sifat optimis,yaitu:
Optimis dalam belajar
Optimis dalam bekerja
Optimis dalam beribadah
1. Optimis dalam belajar
Apabila kita seorang pelajar, maka kita harus selalu optimis dalam belajar. Rajin dan bersungguh-sungguh dalam belajar dan berdoa,maka hasil ulangannya akan baik.
2. 0ptimis dalam bekerja
Dalam surat Ar-Ra'd ayat 11 disebutkan: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu mengubah nasibnya sendiri"
Berdasarkan ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa kita harus bekerja dengan sungguh-sungguh jika ingin ada perubahan kehidupan yang lebih baik pada diri kita. Kita harus optimis dengan hasil yang akan kita peroleh dari pekerjaan kita.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“ Hamba yang paling dicintai Allah adalah yang paling terpuji akhlaknya “ (Shahih al-Jami’ ash-Shaghir no. 179).
Akhlak yang terpuji -Lihat di dalam Ihya’ Ulumuddin karya al-Ghazali 3 / 52 – 70, Fathul Baari karya al-‘Asqalaani 10 / 456 dan 459, dan ‘Aun al-Ma’bud karya al-‘Adhzim Abadi 13 / 107- : al-Khuluq dan al-Khalq adalah dua ibarat yang dipergunakan secara bersamaan, dikatakan : Fulan mempunyai al-Khuluq atau al-Khalq yang terpuji, yang bermakna kebaikan akhlak secara batin maupun lahir. Berarti yang dimaksud dengan al-Khalq adalah bentuk lahiriah, dan yang dimaksud dengan al-Khuluq adalah gambaran yang batin. Hal itu dikarenakan manusia terdiri atas fisik jasmani yang dapat terlihat oleh mata penglihatan dan ruh dan jiwa yang dapat dijangkau dengan hati sanubari. Dan masing-masing dari keduanya memiliki keadaan dan bentuk baik itu buruk ataukah indah. Al-Khuluq adalah ibarat akan keadaan jiwa yang teguh, dan dari jiwa yang teguh inilah akan menghadirkan perbuatan-perbuatan yang dengan sangat mudah dan gampang tanpa membutuhkan pemikiran dan penalaran.
Dan apabila dari keadaan tersebut akan menghadirkan perbuatan-perbuatan yang baik dan terpuji baik ditinjau dari sisi akal sehat maupun syara’, maka keadaan jiwa tersebut dinamakan sengan akhlak yang terpuji. Dan apabila dari keadaan jiwa tersebut menghadirkan perbuatan-perbuatan yang buruk maka keadaan jiwa tersebut yang menjadi rangka acuannya dinamakan sebagai akhlak yang buruk. Dan seorang manusia tidak akan dikatakan memiliki akhlak tertentu yang terpuji hingga akhlak itu benar-benar kokoh berada didalam dirinya secara kokoh dan teguh. Dan akan menghadirkan bermacam perbuatan dengan sangat mudah tanpa adanya pemikiran lebih lanjut. Adapun seseorang yang mengupayakan sebuah amalan dengan kesungguhan dan melalui suatu pertimbangan maka tidaklah dikatakan bahwa perbuatan ini sebagai akhlaknya …
Dan pemisalan akan hal itu, seseorang yang berupaya untuk menyerahkan sejumlah hartanya untuk sebuah keperluan yang mendadak atau berusaha untuk diam tatkala marah dengan upaya yang bersungguh-sunguh dan melalui sebuah pertimbangan, tidaklah dikatakan bahwa kedermawanan dan kelebutan sebagai akhlaknya.
Sesungguhnya bentuk fisik tidak akan dapat dirubah berbeda halnya dengan akhlak yang berlaku sebaliknya dari hal itu, yang mana didapati da’wah Islam kepada akhlak-akhlak yang mulia dan Amar ma’ruf Nahi mungkar. Dan juga dijumpai ada sekian banyak wasiat, nasihat dan pengajaran adab. Allah ta’ala berfirman :
“ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah suatu kaum hingga mereka merubah apa yang ada pada diri mereka “ (Surah ar-Ra’ad : 11).
Maka perubahan pada diri seseorang dari akhlak-akhlak yang buruk menuju akhlak-akhlak yang terpuji dan mengupayakan akhlak-akhlak terpuji lainnya yang baru adalah suatu yang memungkinkan dengan kesungguhan dan melatih jiwa. Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berdoa memohon kepada Rabb beliau untuk diarahkan kepada akhlak-akhlak yang terpuji dan mengharapkan taufiq dari-Nya untuk dihiasi dengan akhlak-akhlak tersebut :
“ Wahai Allah berilah aku petunjuk-Mu kepada akhlak yang mulia yang tidak ada seorangpun yang akan memberi petunjuk kepada akhlak yang mulia tersebut selain Engkau, dan palingkanlah dariku akhlak yang buruk, tidak ada seorangpun yang dapat memalingkannya dariku selain Engkau “ (Diriwayatkan oleh Muslim didlaam Kitab Shalat al-Musafirin wa Qashruha, bab. Shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan du’auhu bil-lail).
Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mewasiatkan :
“ Dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang terpuji “ (Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 1618).
Akhlak adalah sifat manusia yang nampak dalam pergaulannya dengan orang lain, yang dapat berupa akhlak yang terpuji ataukah akhlak yang tercela. Akhlak yang terpuji secara garis besarnya menempatkan dirimu bersama selainmu lalu engkau berlaku bijak dari dalam dirimu bukan bagi dirimu. Dan secara rinci berupa, sifat pemaaf, kelembutan, kedermawanan, sabar, dapat menahan diri dari segala gangguan, pengasih, penyayang, – berusaha – memenuhi segala kebutuhan –orang lain -, saling mencintai, bersikap lunak dan lain sebagainya, sedangkan akhlak yang tercela adalah sebaliknya …. Akhlak sendiri adalah sifat bawaan masing-masing manusia, dan mereka bertingkat-tingkat dalam hal tersebut. Maka siapa saja yang lebih menonjol akhlak yang terpuji dari sifat bawaannya, jikalau tidak maka dia diperintahkan untuk berupaya dengan kesungguhan hati untuk meraih hal tersebut hingga akhlaknyapun menjadi terpuji, dan demikian pula jikalau manusia itu lemah, maka dia yang lemah ini mesti sering berlatih hingga menjadi kuat.